Labels

Ads

Jumat, 26 Agustus 2016

8 Jenis Tari dan Rapa'i di Aceh Utara

Jenis Tari dan Rapa'i di Aceh Utara
Kande
Di Aceh terdapat berbagai macam kebudayaan, baik upacara adat, kesenian, tradisi dan kebersamaan, baik di pesisir seperti Pasai, Pidie, Gayo, Alas, Lahop, Tamiang, Singkil, Tapaktuan, Meulaboh, Simeulue dan kepulauan serta daerah lainnya.

Masyarakat Aceh Utara sejak zaman dahulu hidup di bidang pertanian, perkebunan dan lainnya. Di Aceh Utara telah berkembang berbagai kesenian: seni tari, seni drama, seni sastra, sandiwara, seni ukir/pahat dan berbagai jenis kesenian lainnya.

Tari Aceh diiringi dengan vokal suara dan ada kalanya dengan rapai, seureune kale serta canang.

Seni tari di Aceh Utara sudah lama berkembang khususnya kesenian tradisional. Umumnya kesenian tradisional ini dilakukan pada malam hari masa bulan terang, setelah musim panen di sawah, biasanya dari malam sampai pagi.

Jenis kesenian di Aceh Utara yang berkembang dan sangat digemari: Seudati, Rapai Pasee, Rapai Debus, Rapai Lahee, Rapai Grimpheng, Rapai Pulot, Alue Tunjang, Poh Kipah, Biola Aceh, Meurukon, Sandiwara/Drama Aceh, Hikayat/Cerita Rakyat.

1. Tari Seudati

Jenis Tari dan Rapa'i di Aceh Utara
Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.

Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia.

2. Rapai Pasee

Diperagakan dengan alunan syair - syair Islami dan sakral dengan komposisi rapai kecil di depan dan rapai ukuran besar digantung dibelakang. Rapai - rapai kecil sebagai pendukung, seluruh permainannya berbaris melengkung dengan pakaian yang khas yang dipimpin oleh seorang khalifah dengan penyajian syair yang sinkron dengan irama tabuhannya.

3. Rapai Daboh

Rapai daboh adalah seni tari kesaktian yang menakjubkan. Atraksi ini telah digemari oleh orang Aceh sejak abad ke 19. Atraksi rapai daboh ini selalu digelar di tengah-tengah keramaian atau pun upacara adat dan pesta gembira.

Yang disebut rapai adalah sejenis rebana besar yang dipukul dengan tangan dan daboh berasal dari bahasa Arab, yakni “dabbus” yang merupakan sejenis senjata dan besi runcing dan bundar hulunya, panjangnya kira-kira setengah jengkal, dan bentuknya sebesar telunjuk.

Komposisi rapai daboh yaitu: daboh (awak debus) yang masing-masing memegang rapai, kemudian dipimpin oleh seorang ahli yang disebut “khalifah”. Khalifah ini memiliki ilmu kebal, tak mempan senjata, ahli ma’rifat besi, sehingga berkat mantera-manteranya, senjata-senjata tajam yang ditikamkan ke tubuhnya menjadi bengkok atau pun patah dua. Jika sesekali ia mengalami luka akibat tusukan-tusukan, dengan serta merta dapat disembuhkan seketika setelah ia mengelus lukanya itu dengan telapak tangan.

Jenis Tari dan Rapa'i di Aceh Utara
Cara memainkannya yaitu aneuek daboh memukul rapai secara serentak bersamaan dalam posisi duduk berjajar bersendel bahu atau membentuk lingkaran-lingkaran yang rapat. Ketika rapai mulai dipukul, khalifah bangkit berdiri, lalu maju ke tengah-tengah para pemain sambil melakukan gerakan-gerakan tari secara tekun mengikuti irama rapai.

Dengan besi dabbus yang tergenggam di tangannya, sang khalifah meloncat-loncat mengikuti irama rapai sambil mengucapkan doa-doa dengan suara keras menukuk. Dan bila suara rapai membahana gemuruh, sang khalifah pun serupa orang kesurupan yang menghentak-hentakkan tubuhnya mengikuti irama rapai. Maka pada kala itu, mulailah dengan kesaktiannya, ia menikam dirinya sendiri, baik menikam pahanya, perutnya, atau pun anggota tubuh lainnya sambil berloncat-loncat.

4. Rapa'i Lagee

Kesenian rapai tradisional ini berasal dari Kandang Kecamatan Muara Dua dan Paya Bakong Kecamatan Matangkuli yang biasanya ditampilkan pada upacara - upacara adat, upacara resmi pemerintah serta pada hari - hari besar Islam dan sebagai hiburan rakyat yang bersifat social.

5. Tari Poh Kipah

Jenis Tari di Aceh Utara
Tari Poh Kipah merupakan seni tari tradisional Aceh Utara yang menunjukkan gerakan - gerakan memukul kipas dengan rytme yang unik dan mengagumkan.

6. Biola Aceh

Jenis Tari di Aceh Utara
Kesenian ini dimainkan oleh 3 orang pria, masing - masing 1 orang bertindak sebagai violis yang disebut syeh, sekaligus merangkap sebagai vokalis. dua orang lagi berfungsi sebagai penari dan pelawak yang berperan sebagai linto baro dan dara baro (suami isteri) yang melakukan gerak tari dan banyolan sesuai dengan irama.

7. Meurukon

Jenis Tari di Aceh Utara
Tarian tradisional Aceh yang juga dikenal sejak dulu adalah meurukôn. Kata ini bukanlah kata dasar, melainkan kata berimbuhan, meu- sebagai imbuhan melekat pada rukôn. Kata rukôn dalam bahasa Indonesia berarti ‘rukun’ yang merupakan kata benda.

Meurukon, sebuah tradisi yang hidup dalam budaya masyarakat Aceh. Kehadirannya tidak terlepas dari budaya kehidupan masyarakat Aceh yang Islami. Dalam tradisi Meurukon, antara irama dan pesan agama di kolaborasikan menjadi satu yang dinamakan “Meurukon”.

Sebagimana tercatat dalam literaratur sejarah kebudayaan masyarakat Aceh, bahwa Meurukon itu adalah sebuah seni yang Islami dalam keseharian masyarakat. Meurukon bukanlah sebuah paguyuban atau kelompok masyarakat. Melainkan sebuah kesenian yang bentuknya berkelompok (kafilah), materinyapun adalah persoalan agama yang kemudian disampaikan dalam bentuk syair yang sangat spontanitas.

8. Rapa'i Geurimpheng

Jenis Tari dan Rapa'i di Aceh Utara
Rapai Geurimpheng dimainkan oleh delapan orang pemain. Ke delapan orang tersebut terbagi ke dalam beberapa peran, ada yang berperan sebagai pembawa canang, pangkhep, dan penyair. Tarian ini dimulai dengan mengangkat dua tangan di atas kepala diiringi ucapan salam sejahtera dilanjutkan dengan salam rakan, sedikit berbeda dengan tarian rapa'i lainnya, ternyata dalam gerakannya penari mengikuti irama rapa'i yang ditabuh.

Foto: google.co.id